Pendidikan adalah dunia nyata yang harus kita selami bersama....nikmatilah dunia pendidikan yang sekarang kamu geluti.

Selasa, 27 Mei 2008

Karakteristik Headline

Karakteristik Headline Jawa Pos Edisi 24 Desember 2007


Di zaman yang serba canggih dan modern seperti sekarang ini, peranan berita menjadi sangat penting bagi masyarakat. Berita berisi tentang fakta atau ide yang terkini, yang dapat menarik perhatian pembaca karena peristiwa luar biasa, penting atau luas akibatnya, memiliki segi human interest, emosi, dan ketegangan (Ermanto, 2005:87). Materi berita yang disajikan dalam berita tersebut merupakan daya tarik yang mampu mengundang keingintahuan pembaca atau masyarakat. Semua itu merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengetahui informasi terkini yang terjadi di dunia.

Yanuar Abdullah dalam Ermanto (2005:101) menjelaskan bagian-bagian penting dalam berita, yaitu: (1) judul berita (headline), (2) baris tanggal (dateline), (3) teras berita (lead/intro), dan (4) tubuh berita (body).

Judul berita atau headline merupakan bagian yang penting dalam berita. Kreativitas banyak digali untuk membuat judul yang menarik dan memikat pembaca. Untuk membuat judul yang cocok dan memikat, kata-kata disusun sedemikian rupa, melibatkan wawasan, emosi, dan kecerdikan penulis untuk menarik perhatian pembaca (Kurnia, 2002:206). Meskipun sebuah judul harus mencerminkan isi tulisan, namun kaidah pembuatan judul mempersyaratkan ketentuan judul yang singkat dan padat. Judul tidak harus berupa kalimat lengkap (subjek, predikat, dan objek), tak perlu tegas menyiratkan maksud utama penulis atau tegas menyamarkan makna (mengandung arti ganda).

Menurut Santana K. (2005: 95—17) ada berbagai jenis judul yang biasa digunakan oleh wartawan. Pertama, judul dari titikpandang isi, yaitu judul yang meletakkan sudut pandang dari materi tulisan sebagai daya pengungkap dan penjelas. Tiap katanya memberi tentang apa yang terdapat di dalam keseluruhan tulisan sehingga pembaca bisa memutuskan akan membacanya atau tidak. Kedua, judul how-to, yaitu judul yang menerangkan isi atau maksud tulisan yang disusun dalam keringkasan judul yang spesifik. Ketiga, judul-judul 5W + 1H, yaitu judul-judul yang merujuk pada unsur who, what, when, where, dan why. Keempat, judul superlatif, yaitu judul-judul yang mengilustrasikan keluar-biasaan atau kehebatan dari materi. Kelima, judul bertanya, yaitu judul yang menggunakan tanda tanya yang biasanya menyentak, menggugah. Keenam, judul dari titikpandang bentuk, yaitu judul yang sering dianggap sebagai bentukan utama dari judul tulisan jurnalisme.

Setiap media massa memiliki karakteristik judul yang berbeda dengan media massa yang lain. Pada koran Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 juga memiliki karakteristik tersendiri dalam pemilihan judul beritanya.

Tiga Bulan Terjual 40 Ribu Kopi” (hlm. 1), merupakan judul yang masuk dalam kategori judul yang dilihat dari titikpandang isi. Hanya dengan membaca judul tersebut, pembaca dapat langsung menerka isi berita. Judul itu juga dapat mengundang keingintahuan pembaca untuk membaca lebih lanjut. Semua itu dilakukan agar pembaca dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak mereka seputar judul yang telah dibaca. Apa yang terjual 40 ribu kopi? Siapa yang menjual? Untuk apa? Bagaimana caranya? Dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan yang demikian yang ingin dicari jawabannya oleh pembaca sehingga melalui judul tersebut, pembaca ingin membaca isinya. Sebagai langkah awal, berarti judul tersebut telah berhasil memikat pembaca.

Mengutip pendapat Lalengke (2004) yang menyatakan bahwa judul tulisan harus singkat, dengan penekanan lebih pendek lebih bagus. Sebuah judul tulisan tidak perlu panjang-panjang. Tampaknya judul ”Tiga Bulan Terjual 40 Ribu Kopi” juga menganut pendapat tersebut. Pada dasarnya, judul itu merupakan kalimat lengkap yaitu ”(Dalam waktu) tiga bulan, (album Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah) terjual (sebanyak) 40 ribu kopi”. Kata-kata yang dianggap tidak perlu, dikeluarkan satu per satu sehingga dihasilkan judul yang lebih efektif namun tidak mengubah maknanya.

Lebih lanjut Lalengke (2004) juga menyebutkan bahwa penulian judul sebaiknya ditulis dalam bnetuk frase benda, bukan dalam bentuk kalimat. Seperti judul ”Dana Kelola MI Minim Rp 25 M” (hlm. 8). Judul tersebut merupakan kalimat lengkap yaitu ”Dana (untuk) mengelola MI (diperkirakan lebih dari) Rp. 25 milyar”. Kalimat demikian kemudian diolah menjadi judul dalam bentuk frase dengan mengganti ”untuk mengelola” menjadi kata benda ”kelola” dan ”diperkirakan lebih dari” diubah menjadi ”minim” agar memberi kesan yang lebih ekspresif. Judul berita ini termasuk judul yang dilihat dari titikpandang isi.

Target Penuhi Deadline Menkeu” (hlm. 9), judul ini kalimat lengkapnya adalah ”Pihak asuransi memasang target untuk memenuhi batas akhir permintaan Menkeu”. Kalimat tersebut kemudian dipreteli satu-satu sehingga dihasilkan judul yang pas dengan isi tulisan. Membuat judul yang menarik memang tidak mudah, namun masih dapat disiasati. Cara yang dapat ditempuh, penulis/wartawan harus dapat mencari padanan kata yang tepat, seperti ”batas akhir permintaan” diganti dengan kata ”deadline” yang merupakan kata yang lebih singkat dan tentu memiliki prestise yang lebih baik.

Untuk membuat judul yang lebih memikat pembaca, wartawan harus berusaha untuk ”mendandani” judul tulisan agar terlihat dan terdengar ”seksi”, ”menggairahkan”, ”memotivasi”, dan ”menjanjikan”. Salah satu contohnya adalah ”Warga Lamsie Didor” (hlm. 11). Ketika membaca judul tersebut, bayangan yang muncul di benak pembaca adalah perasaan ngeri. Agaknya, wartawan yang menulis berita ini memang ingin menampilkan kesan demikian. Pilihan kata ”didor” memang tepat dibandingkan jika kata itu diganti dengan ”ditembak”. Kata ”didor” lebih memiliki nilai artistik. Judul ”Warga Lamsie Didor” ini termasuk jenis judul 5W+1H yakni tepatnya unsur who, karena judul tersebut merujuk pada nama yang menjadi topik tulisan yaitu warga Lamsie.

Untuk tulisan rubrik olahraga, sering sekali digunakan gaya bahasa personifikasi dan hiperbola. Misalnya ”Melonjak Tajam Berkat DBL” (hlm. 21). Gaya bahasa yang digunakan adalah personifikasi sekaligus hiperbola. Kata ”melonjak” merujuk pada personifikasi, sedangkan ”melonjak tajam” merujuk pada hiperbola karena mengandung gagasan yang terlalu dilebih-lebihkan. Jenis judul ini masuk dalam kategori judul yang dilihat dari titikpandang isi. Judul tersebut mengisyaratkan isi berita tentang DBL yang mampu meningkatkan jumlah SDM wasit di Surabaya.

Dalam Jawa Pos, selain rubrik olahraga, terdapat juga rubrik Metropolis. Untuk rubrik Metropolis ini, judul-judul yang digunakan tidak jauh berbeda dengan judul-judul yang dugunakan pada rubrik utama Jawa Pos. Lihat saja pada judul ”Curi CRV, Tak Bisa Menjual” (hlm. 31). Judul yang digunakan merupakan bentukan dari kalimat ”Mardi Waluyo menuri mobil CRV, namun ia tidak bisa menjual mobil tersebut”. Kalimat yang panjang itu kemudian diubah menjadi judul yang lebih sederhana namun tetap tidak mengubah arti asalnya. Seperti judul-judul yang sebelumnya, judul yang satu ini juga termasuk pada jenis judul yang dilihat dari titikpandang isi.

Dalam rubrik yang sama, judul berita ”Menyeberang, Bocah Tewas Tertabrak” (hlm. 39). Kalimat yang lengkap dari judul tersebut adalah ” Ketika menyeberang jalan, seorang bocah tewas karena tertabrak sepeda motor”. Banyak kata yang dihilangkan agar dihasilkan judul yang lebih memikat. Judul ini termasuk jenis judul yang dilihat dari judul 5W+1H, tepatnya unsur who yaitu bocah, korban yang mengalami kecelakaan.

Jadi, berdasarkan hasil analisis sederhana mengenai judul-judul yang digunakan dalam berita Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan karakteristik headline (judul berita). Ada beberapa karakteristik yang diuraikan sebagai berikut.

  1. Judul berita (headline) Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 merupakan judul yang menarik dan mampu menggugah keingintahuan pembaca. Hal itu dapat diketahui melalui judul yang singkat, padat, dan pilihan kata yang tepat.

  2. Judul berita (headline) Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 lebih banyak menggunakan judul dalam bnetuk frase benda, bukan dalam bentuk kalimat yang panjang dan menjemukan.

  3. Judul berita (headline) Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 lebih banyak menggunakan judul yang tergolong jenis judul yang dilihat dari titikpandang isi.


Daftar Rujukan

Ermanto. 2005. Menjadi Wartawan Handal & Profesional: Panduan Praktis & Teoretis. Yogyakarta: Cinta Pena


Kurnia, Septiawan Santana. 2002. Jurnalisme Sastra. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama


Lalengke, Wilson. 2004. Tersedia pada http://www.KabarIndonesia.com, diakses 24 November 2007


Santana K., Septiawan. 2005. Menulis Feature. Bandung: Pustaka Bani Quraisy



Tidak ada komentar: