Pendidikan adalah dunia nyata yang harus kita selami bersama....nikmatilah dunia pendidikan yang sekarang kamu geluti.

Selasa, 27 Mei 2008

Kiat Menulis Feature

KIAT-KIAT MENULIS FEATURE

Ada beberapa kiat yang dapat digunakan untuk menulis feature (Wibowo, 2003: 160).

Bukalah mata ke arah hal-hal yang menarik di sekitar kita (sebab, orang selalu tertarik kepada orang). Atau, demi faktual, pilihlah news peg (“meminjam” berita surat kabar, lalu dijadikan topik features).

Tentukanlah angle (sudut/segi cerita) dari pelbagai kemungkinan (bisa dari aktivitas para tokohnya, situasi peristiwanya, atau benang merah yang menjalin aktivitas dan situasi tersebut).

Caranya: (1) gunakanlah imajiansi dan kekuatan pengamatan (2) perhatikan orang yang memiliki pandangan yang berbeda, unik, atau lain daripada yang lain;

Pikat pembaca dengan kata-kata pertama

Menarik pembaca untuk terus membacanya. Caranya, pegang terus fokus cerita. Buatlah pembaca terus bertanya dalam hati, “ada apa?”, “lalu?”, “tapi, kok, bisa begitu?”, “terus?”, “terus?”, “terus ?”

Ada topik features yang sebenarnya tidak terlalu menarik bagi pembacanya. Namun, gara-gara judulnya menarik, pada akhirnya features itu dinikmati pembaca.

Pakailah kutipan dan anekdot. Sebab menggunkan kutipan dan anekdot ibarat menaburi pembaca dengan butiran mutiara selama ia membaca.

Hindari kalimat-kalimat dan alinea-alinea panjang. Jangan lupa pula menggunakan penegasan dalam kalimat.

Gunakan kalimat aktif (agar, suasana menjadi dinamis).

Galilah diksi, majas (analogi dan metafora), hindarilah jargon dan slang, karena slang sifatnya musiman dan maknanya hanya dimengerti oleh anggota kelompok tertentu.

Jangan memasukkan semua hal yang Anda ketahui yang kesannya nanti akan malah menggurui.

Menulislah dengan bebas. Jangan berpikiran Anda sedang diawasi seperti ketika sedang menulis skripsi

Tulislah beberapa intro (lead). Pilihlah yang paling pas.

        • Ceritakanlah kepada teman, sehingga benyak masukan ide yang mendukung penulisan feature.

Syarat Menulis Feature

  1. ERSYARATAN POKOK MENULIS FEATURE

Menguasai bahasa Indonesia secara baik dan benar. Penguasaan bahasa sangatlah penting mengingat fungsinya sebagai alat komunikasi. Oleh sebab itu, penguasaan bahasa mestilah menganut asas efektif (kemampuan untuk memilik sasaran yang tepat) dan efisien (kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar).

Memiliki pengetahuan yang luas tentang jiwa manusia. Karena features selalu bersinggungan dengan soalan kehidupan manusia, sebaiknya si penulis belajar mengenal jiwa manusia dari segala aspeknya.

Memiliki pengetahuan umum yang luas. Ini adalah syarat mutlak bagi seorang penulis features. Dalam menulis features kita harus terus-menerus mengasah kemampuan sebagai generalis. Dengan berpengetahuan umum luas, dengan amat mudah kita dapat mengembangkan bahan features yang kita peroleh.

Memiliki pandangan yang dewasa terhadap etika dan budaya masyarakat sendiri

Memiliki ketajaman pikiran untuk melihat soalan kemasyarakatan. Seorang penulis features yang dianggap baik adalah bila ia bisa membaca dan menganalisis gejala kemasyarakatan yang sedang marak.


Struktur Feature

  1. STRUKTUR FEATURE

  1. Judul

Judul tidak sama dan tidak harus mengikuti aturan pembuatan headlines. Judul yang cocok dan memikat tidak harus berupa ringkasan, yang penting harus menarik dan menggugah minat. Judul suatu feature juga merupakan bagian subjektifitas dari penulis sehingga sifatnya sangat orisinal dalam gaya dan penyusunan kata-katanya. Judul tidak harus berupa kalimat lengkap (subjek, predikat, dan objek), tak perlu tegas menyiratkan maksud utama penulis atau tegas menyamarkan makna (mengandung arti ganda).

Untuk membuat judul yang cocok dan memikat, kata-kata disusun sedemikian rupa, melibatkan wawasan, emosi dan kecerdikan penulis untuk menarik perhatian pembaca. Aspek ritme, humor, dan kreativitas.

Dalam feature, judul tidak perlu berupa ringkasan. Faktor subjektivitas penulisan mendorong judul feature harus memiliki sifat orisinal dalam memilih gaya dan menyusun kata-kata. Di samping itu, judul feature harus ditulis berkaitan dengan lead, tidak mesti ditulis dalam kelengkapan kalimat subjek-predikat-objek. Menurut Santana K. (2005: 95-117) ada berbagai jenis judul yang biasa digunakan oleh wartawan. Judul-judul tersebut ditampilkan seperti berikut.

    1. Judul dari titikpandang isi

Judul ini meletakkan sudut pandang dari materi tulisan sebagai daya pengungkap dan penjelas. Sekaligus penerik awal kepada pembaca akan tulisan yang akan dibacanya. Kandungan judul merefleksikan materi tulisan. Tiap katanya memberi tentang apa yang terdapat di dalam keseluruhan tulisan sehingga pembaca bisa memutuskan akan membacanya atau tidak. Misalnya, Dua Kali Pemilu dalam Satu Periode Pelita, Seekor Kuda Selamatkan Sekolah, dan lain-lain.

    1. Judul how-to

Wartawan hendak menerangkan isi atau maksud tulisan yang disusun dalam keringkasan judul yang spesifik. Misalnya, Bagaimana Cara Tetap Langsing Setelah Kehilangan Berat, Bagaimana Menjalankan Bisnis Waralaba, dan sebagainya.

    1. Judul-judul 5W + 1H

      1. Who

Merujuk pada nama orang-orang yang menjadi topik tulisan. Selebritis, politikus, adalah mereka yang kerap ditampilkan. Misal: Ian Antono Lebih Suka Sedan.

      1. What

Judul yang menunjukkan sejumlah fakta luar biasa dari materi tulisan. Misal: Dana Pendidikan pun Dinikmati Koruptor.

      1. Where

Mendiskripsikan sebuah tempat yang menjadi salah satu fokus materi tulisan. Misal: Di Bali, PDIP marah.


      1. When

Bertautan dengan fakta-fakta ”waktu” (sejarah) yang hendak ditonjolkan. Misal: Estee Lauder Wafat di Usia Ke-97.

      1. Why

Biasanya bersifat argumentatif, mengapungkan sebuah usulan gagasan. Misal: Isu Agama Kerap Dijadikan Alat Kepentingan Kekuasaan.

      1. How

Lebih merupakan judul untuk tulisan-tulisan kependidikan, contoh: Cara Mengajar Musik Klasik.

    1. Judul superlatif

Teknik memakai judul-judul yang mengilustrasikan keluar-biasaan atau kehebatan dari materi. Contoh: Manusia Tercepat Di Dunia, Bertemu dengan Manusia Paling Jenius.

    1. Judul bertanya

Penggunaan tanda tanya dalam judul yang biasanya menyentak, menggugah. Atau, mengingatkan masyarakat pada peristiwa tertentu, baik yang tengah aktual ataupun sudah lampau. Contoh: Pakai Kacamata Jadi Norak?

    1. Judul dari titikpandang bentuk

Judul ini sering dianggap sebagai bentukan utama dari judul tulisan jurnalisme. Umumnya, menggunakan tema-tema ”obrolan” yang banyak dibicarakan orang. Seperti, Lidah Buaya: dari Sampo sampai Tukang Tipu. Ada juga judul yang dibentuk dari dua kalimat yang disambungkan dengan ”dan” atau ” atau”. Misal: Memandang Artis Porno Atau Mengukur Paha-Dada Wanita.

  1. Pembuka (Lead)

Pembuka atau lead merupakan bagian penting dalam penulisan feature. Kreativitas banyak digali untuk membuat lead yang menarik dan dapat menggiring pembaca untuk melahap keseluruhan tulisan. Sebuah lead bisa terdiri dari hanya satu paragraf, bisa pula tersusun atas beberapa paragraf.

Lead dalam struktur feature digunakan sebagai alat pemancing minat dan atensi pembaca. Setiap jurnalis mesti memiliki kesadaran tinggi akan perlunya lead. Mereka harus menghindari pembuatan lead yang tak bermutu. Lead dituju untuk: (1) menarik pembaca untuk mengikuti materi tulisan; (2) merupakan cara untuk melancarkan pemcaparan kisah.

Untuk dua tujuan itu lead dikembangkan menjadi berbagai jenis yang siap dipilih penulis demi efek-efek tertentu yang diinginkan. Ada lead yang sengaja dipilih untuk menyentakan pembaca. Ada yang digunakan untuk menggunakan untuk mengajak imajinasi pembaca jalan-jalan ke tempat-tempat yang jauh. Ada juga yang dipilih sekedar untuk meringks isi keseluruhan tulisan.

Ringkasnya pembuatan lead memberi keleluasaan kepada penulis dan tidak mengukung penulis dengan kaidah-kaidah yang membekukan kreativitas. Gaya naratif dalam penulisan, membantu penulis untuk tidak menyudutkan pembaca dengan suguhan materi-materi yang berat dan membuat jenuh. Setelah menyajikan cerita yang menarik diawal tulisan, penulis meringankan diskusi yang sebenarnya berat karena telah berhasil menarik minat pembaca dengan bagian awal tulisannya.


  1. Tubuh (Body)

Kerja kreatif penulisan menyumbangkan proses pembentukan gairah yang subjektif bagi pengembangan materi tulisan. hasil dari kerja keras tersebut ialah pencapaian gaya yang orisinal dan pemuatan garis pikiran tertentu. Tema bahasan melebur dalam pembauran bentuk dan gaya jenis dan tehnik penulisan yang khas pada setiap penulis. Proses penulisan memerlukan kerja keras membolak-balik tumpukkan bahan penulisan. Beberapa penulis rela berkutat dalam pekerjaan yang merujuk pada ketekunan membongkar-bongkar bahan. Ada juga penulis yang membolak-balik menengok catatan dan mengetik isi catatan itu. Menulis dan mengecek informasi dilakukan secara bersamaan.

Seperti jenis tulisan lainnya, feature juga memiliki tekhnik pengembangan tubuh dengan tekhnik pengembangan isi dengan karakteristik tertentu. Dalam penyusunan paragraf/alinea, ada 3 hal pokok yang harus diperhatikan: kesatuan (unity), hubungan (coherence), dan penekanan (emphasis). Ketiganya menekankan pada hasil tulisan yang dapat langsung diterima pembaca karena kelancaran pengisahan bagian-bagiannya. Ketiga pokok perhatian itu merujuk pada kepiawaian penulis dalam menyusun tema pokok atau ide utama, memilih bahan-bahan penting dan mengemasnya sedemikian rupa, menciptakan jembatan yang menghubungkan satu paragraf dengan paragraf lain secara .lancar, enak dibaca dan tidak kaku.


  1. Penutup (Conclusion)

Penulis memiliki perang penting. Penulis mengunci tulisan dengan conclusion atau ending yang menimbulkan kesan mendalam dan kuat dibenak pembaca, serta menumbuhkan hasrat pembaca untuk terus memakai gagasan-gagasan yang diterimanya dari penulis.

Teknik penulisan feature memerlukan ending karena dua hal, yaitu:

  1. Feature tidak tergantung pada deadline, sedangkan kerangkanya menentang pola piramida terbalik. Redaktur tidak bisa mengubah feature dengan begitu saja memotong bagian-bagian tulisan, dia harus cermat menghitung dampak peringkasan yang dilakukan agar tidak sampai mengganggu isi dan gaya keseluruhan tulisan.

  2. Prinsip dasar penulisan feature ialah bercerita. Setiap kata dipilih dan disusun sedemikian rupa agar bisa mengomunikasikan materi laporan seefisien mungkin. Agar tujuan itu tercapai, ending harus berkaitan dengan lead dan body tulisan. Ending bukan hanya berfungsi untuk mengakhiri tulisan, tetapi yang lebih penting untuk membuat pembaca terkesan oleh pokok pemikiran penulis.

Pada dasarnya, semua pengembangan ending selalu merujuk keberbagai jenis penutup. Penulis tetap mengikuti aturan main bahwa penutup harus disusun untuk membuat pembaca tahu bahwa mereka sudah sampai diakhir tulisan. untuk membuat penutup menarik, penulis harus ingat bahwa tulisannya tidak sama dengan gaya tulisan jurnalisme lama.

Menurut Fox Mott (dalam Asraatmaja, 2002:221) ada 3 bentuk penutup feature, yaitu:

  1. Ringkasan fakta-fakta penting dari keseluruhan feature.

  2. Merupakan klimaks dalam keseluruhan fakta-berita (penulis bisa berhenti bila merasa akhir cerita sudah jelas dan tak perlu menambah lpost klimaks).

  3. Merupakan potongan balik atau kilas balik yang dengan kata-kata berbeda mengulang hal-hal penting dan mengingatkan pembaca sekaligus mengakhiri tulisan.

Jenis penutup yang dipilih harus membuat pembaca terkesan akan pencitraan imaji tertentu. Penulis kerap sengaja mengubah beberapa ketentuan jurnalistik lama. Unsur yang menyusun struktur feature dibangun dengan kaidah sastra. Tak kalah pentingnya adalah faktor yang tidak hanya berfungsi sebagai aksesorisyang dapat membuat tulisan menarik tetapi juga memperlancar pengisahan,yaitu keterampilan membuat deskripsi (penggambaran subjek tulisan) dan anekdot (penggalan cerita yang mengesankan dan berkaitan dengan subjek cerita).


Jenis-jenis Feature

  1. JENIS-JENIS FEATURE

Feature yang sering dimuat di media massa dapat dipilah-pilah jenisnya. Pemilihan ini dilakukan para pakar dengan berdasarkan materi yang disajikan. Jenis-jenis feature tersebut sangat bermanfaat untuk memberikan wawasan kepada wartawan, betapa luasnya permasalahan yang bisa dijadikan feature. Jenis-jenis feature tersebut diuraikan menurut Ermanto (2005: 149-150) sebagai berikut.

        1. Feature human interest

Feature human interest ialah feature yang menyajikan permasalahan-permasalahan kehidupan yang memiliki daya tarik manusiawi/ human interest, permasalahan hidup yang menyentuh rasa/ lubuk hati manusia. Ada rasa haru, takjub, simpati dari permasalahan yang disajikan. Biasanya permasalahan itu diabaikan wartawan untuk menjadi berita atau reportase, tetapi wartawan merasakan ada informasi yang mampu menyentuh hati orang lain bila mengetahuinya. Materi yang seperti ini perlu menjadi perhatian wartawan untuk dijadikan feature dalam media massa.

        1. Feature sejarah

Feature sejarah ialah feature yang mengangkat persoalan sejarah yang menarik untuk dicerna pembaca masa kini. Persaoalan-persoalan yang terdapat dalam peristiwa sejarah pantas disajikan kembali, sepanjang wartawan mampu menemukan sisi-sisi yang menarik. Peristiwa perjuangan, proklamasi, peristiwa G 30 S PKI, dan banyak lagi peristiwa sejarah lain yang mampu disajikan kembali menurut sudut pandang tertentu. Sajian itu berisi informasi yang menarik dan bermanfaat.

        1. Feature biografi

Feature mengangkat sosok yang terkenal. Keberhasilan dan sikap hidup seseorang yang disegani atau dikagumi amat penting diketahui oleh masyarakat. Karena dirasakan amat penting, wartawan menyajikan sosok orang itu melalui surat kabar dalam bentuk feature. Seperti kesederhanaan hidup dari orang kaya, atau pejabat rendah hati, dan lain sebagainya. Ada sisi-sisi menarik dalam perjalanan hidup mereka. Inilah yang disajikan wartawan dalam bentuk feature.

        1. Feature perjalanan

Feature perjalanan objeknya hampir sama dengan reportase, sebab perjalanan wartawan dapat dijadikan reportase. Dalam penulisan reportase, permasalahan yang ditemui dalam perjalanan dijadikan dalam pendalaman data dan fakta. Sedang dalam penulisan feature, permasalahan yang dijadikan feature ialah permasalahan yang dianggap penting walaupun sederhana, menarik, dan bermanfaat bagi pembaca.

        1. Feature petunjuk melakukan sesuatu

Feature ini mengajarkan kepada orang lain (pembaca) untuk melakukan sesuatu. Feature ini biasanya berbentuk tulisan-tulisan yang memberi petunjuk-petunjuk sederhana. Materinya pun sederhana, tetapi sangat bermanfaat karena sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari oleh pembaca. Contoh, tulisan yang berisi petunjuk menata ruangan sempit hingga memberi kesan luas. Dan masih banyak lagi. Pada intinya, feature ini berbentuk praktis, mudah diterapkan untuk mengatasi persoalan kehidupan yang ditemui setiap hari.

6. Feature Ilmiah

Feature ilmiah berisi materi ilmu pengetahuan. Bisa berupa hal-hal yang sudah diketahui pembaca atau belum diketahui, tetapi pernah didengar. Materinya ilmiah, tetapi penyajiannya secara sederhana, lincah, dan menarik.

Selain jenis-jenis feature yang telah disebutkan di atas, Wicaksono (2007) membagi jenis-jenis feature sebagai berikut.

  1. Feature kepribadian (Profil)

Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter manusia itu.

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.

Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdor tentang si subjek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

  1. Feature sejarah

Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.

Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, Koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.

Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.

Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.

  1. Feature petualangan

Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan, mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.

Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature jenis ini memulai tulisannya dengan aksi — momen yang paling menarik dan paling dramatis.

  1. Feature musiman

Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar. Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas di Hari Natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di seputar hara raya itu.

  1. Feature Interpretatif

Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Featureinterpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend ataugagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terotisme.

Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk menangkal perampokan. Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal perampok bank, termasuk peluang perampok bisa ditangkap dan dihukum.

  1. Feature kiat (how-to-do-it feature)

Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya.

Berdasarkan dua pendapat dari para ahli tersebut, jenis-jenis feature dapat digolongkan menjadi delapan jenis, yaitu:

  1. Feature human interest

  2. Feature sejarah

  3. Feature biografi/kepribadian

  4. Feature perjalanan

  5. Feature kiat/ petunjuk melakukan sesuatu

6. Feature Ilmiah

  1. Feature petualangan

  2. Feature musiman

  3. Feature Interpretatif

Peran Feature

PERAN-PERAN FEATURE

Peran-peran feature antara lain (Kurnia, 2002:229-265):

  1. Feature sebagai Jembatan

Objek dalam feature ialah sentimen kemanusiaan yang terbentuk dalam rumusan “yang kauketahui, kausayangi atau kaubenci”. Hal tersebut berarti emosi penulis cukup terlibat dialamnya. Niat penulis feature timbul dari dorongan perasaan suka atau tidak suka; emosi manusiawi yang tergerak (passion) terhadap objek yang diminati, perhatikan, dan pikiran untuk disampaikan kepada pembaca koran atau majalah karena kegunaan, manfaat, atu kepentingannya bagi khalayak ramai.

Oleh karena itu, feature mengandung nilai human interest dan warna cerita (colour story yang sangat kaya). Feature juga memberikan padanan dan pedoman untuk mengitimitasi upaya kreativitas sastra.

Dalam perkembangan jurnalisme, feature merupakan teknik penulisan yang mengatasi kekakuan straight news dalam mengkover berita-berita utama (hard news atau spot news). Selain itu, feature memiliki perangkat persuasi. Unsur-unsur yang membangun stuktur penulisan feature jumlahnya jadi lebih banyak. Misalnya, dalam penyusunan lead, body, dan penutup.

Karena muatan dalam penulisannya cukup banyak, feature banyak dipakai oleh berbagai jenis pelaporan jurnalisme. Sebagai teknik penulisan, ia memungkinkan jurnalis untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan agar tulisannya memikat, lancar, dan ringkas.


  1. Feature sebagai News Story

Feature disini berperan sebagai alat pemberitaan yang dapat menunjang kekuatan tulisan. Hal tersebut tercermin ketika penulis: a) penulis menentukan sasaran dan efek tulisannya, b) saat penulis menyusun elemen fakta dan elemen waktu (timelines) menjadi materi tulisan yang erat kaitannya dengan berita utama.

Feature biasanya mengangkat kisah-kisah “musiman” (sensasional), misalnya sketsa tentang seorang tokoh lokal, acara shopping, catatan jurnalistik tentang perayaan hari besar, dan berita ringan lainnya yang sedang tren.


  1. Feature sebagai Artikel

Feature berperan sebagai penyelamat yang dapat mengatasi kelemahan penyajian berita majalah yang dianggap sudah basi. Dengan rekayasa yang kreatif, isu-isu yang telah digarap dalam surat kabar diolah menjadi sajian yang tetap hangat, aktual, dan memikat. Penulisan artikel feature yang lengkap bertujuan: a) sebagai hiburan, b) memberi informasi (to inform), dan c) mengajarkan sesuatu (to teach).




  1. Feature sebagai Esai

Proses asimolasi timbul saat feature memasuki struktur penulisan esai. Proses tersebut berlangsung dalam tataran penentuan tujuan saat menulis esai (yang kerap kontemplatif) dengan hasil tulisannya (yang menyerap gaya struktur feature).

Hal tersebut terasa kuat ketika jurnalisme memakai berbagai bentuk jenis esai. Dalam bidang pemberitaan, menurut Nelson (dalam Santana, 2002:266), berbagai kalangan menganggap feature sebagai teknik pemberitaan untuk mendeskripsikan peristiwa yang diusahakan semirip munngkin dengan esai informatif atau esai naratif. Ketika laporan berita dibuat agar enak dibaca, sebenarnya kekuatan feature memakai pendekatan subjektif seorang esais yang menulis bagaikan sedang mengobrol dengan kawan dekatnya. Dalam jurnalisme yang menyajikan opini, bentuk esai digunakan untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat kontemplatif.

  1. Tiga Aspek Esai

Menurut Dobi & Hirt (dalam Santana, 2002:270-272) esai mempunyai wacana penulisan yang bisa diukur berdasarkan aspek-aspek tertentu, yaitu:

  1. Makna

Makna (meaning) ialah ide sentral, inti, atau gagasan utama penulis. Makna biasanya dirumuskan dalam kalimat tunggal yang mencakup semua hal yang hendak disampaikan esais. Gagasan utama dalam kalimat tunggal tersebut bisa disajikan secara eksplisit (bisa berupa kutipan) maupun implisit (pembaca harus memformulasikannya sendiri).

Feature disini menjadi medium estetik para esais untuk menciptakan kreasi yang khas dan pribadi. Dalam esai yang baik, pembaca tidak mungkin lagi menolak atau mengkritik akurasi pandangan atau argumen penulis; apalagi mempertanyakan kapabilitas referensinya.

  1. Organisasi

Organisasi esai telah dirombak oleh feature. Paparannya jadi tidak liier, tidak baku. Bagian-bagiannya tidak selalu urut dari awal, tengah, hingga akhir.

Esai ditulis dengan teknik pengisahan yang penceritanya bebas menyampaikan opininya. Gagasan utamanya dialurkan dalam pola lead, body, dan penutup yang masing-masing berstruktur longgar dan jenisnya dipilih sesuai dengan minat atau mood penulis.

  1. Gaya

Gaya dalam esai mengacu pada penguasaan referensi berbahasa yang tertanam dalam benak penulis melalui pendalamannya terhadap penyajian teks. Setiap kata harus setepat dan sejelas kebenaran yang diinginkan penulis, berkaitan dengan kata di depan atau belakangnya, bersifat konkret dan umum, dikenal penulis dan pembaca, serta sesuai dengan subjek dan konteks yang dibahas. Selain itu, kalimat dalam esai juga harus bervariasi.

  1. Posisi Esai

Esai merupakan satu bentuk tulisan yang khas. Dalam jurnalisme, esai mendapat tempat tersendiri karena banyaknya sastrawan yang merefleksikan pandangannya melalui bentuk esai.

Esai jurnalistik ditulis dengan mempertimbangkan minat pembaca. Kata-kata di dalamnya dipilih dengan cermat, kalimat yang dibuat singkat, paragraf hanya diisi satu gagasan. Hal tersebut dimaksudkan agar esai mudah dibaca, langsung dimengerti, dan memunculkan atensi atau perhatian pembaca.

Esai jurnulistik berisi fakta-fakta (untuk menjelaskan apa dan bagaimananya sesuatu), gagasan tertentu (untuk mempengaruhi opini pembaca tentang sesuatu), atau gambaran tentang sesuatu atau pengalaman tertentu.

Ciri-ciri esai jurnalistik yakni, pendek (short), tinggi (high), tajam (flair), dan personal. Hal-hal tersebut saling berkaitan sehingga mencerminkan pribadi yang nyata dan menimbulkan rasa ketertarikan pembaca.


  1. Kategori Esai

    1. Informasi

Dalam kategori ini, penulis esai informasi bertindak seperti pengajar. Ia mengasumsilan bahwa pembaca perlu diberi informasi tertentu (pembaca diposisikan sebagai bagian dari masyarakat yang membutuhkan tambahan pengetahuan yang bermanfaat).

Isi esai informasi ersifat praktis dan tidak kontroversial. Pengetahuan praktis yakni segala sesuatau yang bermanfaat nbagi pembaca yang sebelumnya diras tidak begitu penting, misalnya cara-cara menyibukkan diri di hari libur dll. Masalh kontroversial dihindari karena dianggap akan membebani pembaca yang sudah lelah bekerja.

    1. Opini

Bentuk esai ini banyak ditujukan pada upaya mengarahkann atau mengemukakan pini publik. Setiap pergeseran yang terjadi si masyarakat membutuhkan pandangn tertentu, baik yang bersifat solutif maupun filosoofis. Berbagai permasalhan di masyarakat harus ditanggapi sesuai dengan konteks persoalnnya dan dicarikan pemecahannya agar kehidupann kembali berjalan ke arah yang diinginkan.

    1. Interpretif

Interpretif diperlukan untuk memberitahu pembaca tentang hubungan antara suatu peristiwa sosial dengan perkembangan politik masyarakat. Esai interpretatif menyampaikan nnformasi dengan perspektif tertentu. Yakni pengumpulan data dan fakta yang kemudian diinnformasikan kepada pembaca dalam kerangka berbikir tertentu.

    1. Inspiratif

Esai inspiratif sering menampilkan materi yang bersifat skeptis atau kritis dengan niat memberi ilham atau semacam sentuhan rohani. Esai ini menekankan aspek afektif, yakni membangkitkan afeksi pembaca dengan menampilkan kisah-kisah yang menyentuh.

Nilai Artistik Feature

  1. NILAI ARTISTIK FEATURE

Feature biasanya ditulis oleh wartawan (jurnalis) untuk disiarkan di media massa kepada para pembaca. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan, feature bisa ditulis oleh penulis lepas (freelance writer).

Feature biasanya ditulis untuk mendukung berita yang lagi hangat, misalnya berita tentang kasus poligami seorang tokoh. Maka wartawan membuat feature yang memuat kisah yang cukup detail tentang poligami yang diilhami oleh orang lain (tokoh lain) sebagai pembanding berita yang lagi hangat tersebut. Sebagai contoh, kita bisa melihat feature di koran Jawa Pos, harian yang terbit di Surabaya. Feature di koran itu biasa dimuat di halaman pertama paling bawah.

Feature adalah salah satu produk wartawan dalam media cetak yang juga termasuk kategori berita. Pakar jurnalistik sering menyebutnya dengan feature news. Karena tergolong berita, feature menyajikan permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat dengan data-data atau fakta-fakta, memiliki informasi penting dan bermanfaat bagi pembaca.

Bertolak dari beberapa pendapat feature adalah karangan yang menyajikan permasalahan kehidupan yang menarik dari data dan fakta yang akurat dan lengkap, tetapi disajikan secara khas dan santai, serta memberikan hiburan. Penyajian permasalahan dalam feature bersifat tidak formal.

Permasalahan apa yang menarik untuk disajikan dalam feature? Semua permasalahan atau peristiwa yang ada dalam kehidupan, asalkan diperoleh data-datanya boleh disajikan dalam bentuk berita, reportase, dan feature, bahkan juga bisa diangkat menjadi artikel, tajuk rencana, dan kolom. Namun, harus diakui permasalahan yang diangkat menjadi feature harus didasarkan pada permasalahan yang dianggap penting dan memiliki daya tarik untuk diketahui pembaca dan disajikan secara sederhana, khas, ringan, dan menghibur.

Secara fisik, feature hampir sama dengan reportase, terdiri dari judul (head line), kemudian teras (lead), dan tubuh berita (body). Yang membedakan adalah dari pilihan judul, penyajiannya yang lincah, santai, enak dibaca, tidak formal, menghibur.

Dari aspek waktu, feature memiliki kesamaan dengan reportase. Feature tidak terikat pada waktu (timely). Materi feature tidak mengenal permasalahan yang basi, karena feature sangat bergantung pada penyajiannya yang memiliki daya tarik dan menyentuh rasa manusiawi pembacanya. Untuk membuat feature, wartawan memiliki waktu yang cukup panjang dan tidak perlu tergesa-gesa seperti menyusun berita langsung.

Banyak persoalan kehidupan yang ditemui wartawan, namun tidak semua persoalan menarik bagi pembaca. Tetapi, bagi wartawan yang peka, akan menyadari ada sesuatu yang menarik dari persoalan itu. Persoalan itu kurang tepat kalau dijadikan berita atau reportase akan lebih baik dan bermanfaat jika disajikan melalui feature. Ada informasi-informasi berharga untuk disampaikan kepada pembaca. Sebab, wartawan memiliki sudut pandang yang khas yang tak dipunyai orang lain. Itulah yang dinamakan ketajaman naluri kewartawanan. Dan feature menjadi sarana untuk mengasahnya.

Lebih jelasnya, Rahardi (2006: 30) memberikan penjelasan mengenai perbedaan antara feature dengan berita dan feature dengan artikel. Berita lebih mengutamakan fakta dan data aktual (berdasarkan peristiwa aktual) yang ditulis secara lempang tanpa opini (straight news), dengan opini dari luar si penulis (intepreted news), maupun opini dari penulis (intepretative news). Artikel ditulis berdasarkan data dan fakta (belum tentu peristiwa aktual), diberi analisis dan opini (berupa fakta dan data tandingan) dari penulis. Feature merupakan tulisan berdasarkan data dan fakta peristiwa aktual, tetapi materinya diseleksi dengan lebih menekankan segi human interest.

Pengertian Feature

  1. PENGERTIAN FEATURE

Cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan (Wicaksono, 2007). Menurut Santana K. (2005: 11) kisah feature memang orisinal dan bersifat deskriptif. Bisa saja dalam sebuah feature dipenuhi dengan orisinalitas dan deskripsi penulis yang menghibur, dan sedikit informasi. Atau, penulisnya lebih banyak menginformasikan amatanya dengan sedikit menghibur. Tulisan feature yang bagus mengkombinasikan segala aspeknya dengan baik dan proporsional.


Sejarah Feature

LAHIRNYA FEATURE DALAM MEDIA MASSA

Ketika jurnalisme memakai pendekatan sastra, teknik penulisan feature menjadi sarana untuk mengembangkan gaya penulisan berita (news) yang mengupas masalah human interest, dan penulisan opini (views) sebagai sarana untuk memikat pembaca dengan sajian penulisan yang ringan, cair, dan tak sulit dipahami.

Awal mula lahirnya feature dalam suatu harian diperkenalkan oleh Thomas Wolfe. Keinginannya untuk menulis dengan cara yang berbeda yang gagasanya dilatarbelakangi oleh dunia wartawan Amerika tahun 1928-an.

Latar belakang penulian feature lainnya ialah pimpinan seorang mahasiswa jurnalistik yang mempunyai keinginan untuk menulis novel. Pada saat itu Wolfe yang menjadi mahasiswa jurnalistik telah lulus tingkat doctoral (1957) dan mulai bekerja di New York Herald Tribune (1962). Realitas dunia industri AS pada saat itu tidak menjanjikan penyelesaian bagi persoalan-persoalan di masyarakat. Wolfe sebagai inspirator jurnalisme sastra merasa frustasi dengan gaya penulisan lama yang tidak mengakomodasi kemampuannya untuk mempertunjukkan kembali (recreate) atmosfer fakta – liputan.

Ada saatnya suatu berita tidak dapat ditulis dengan fakta liputan yang sebenarnya dikarenakan alasan kode etik jurnalistik. Pada saat itulah dunia sastra berbicara. Namun, kondisi ini telah dipelopori penulisannya oleh Wolfe dalam bentuk jurnalisme sastra. Pemakaian gaya fiksi untuk mengemas laporan jurnalistik memunculkan fenomena baru dalam hal fakta, perubahan definisi, proses pengamatan dan pencariannya. Begitu pula dalam hal kaitan penyajian serta perubahan konversi bentuk dan gaya pengulasan.

Melvin Mencher , 1997 (oleh Ellen Wilson dalam The Purpose Decades: A Reader, 1982) menyebut bentuk penulisan jurnalistik yang memakai gaya fiksi lanjutan dari gaya nonfiksi tahun 1950-an sebagai antisenden bagi kerja jurnalistik. Bentuk tulisannya dinilai memperkenalkan cara penulisan baru.

Penulisan feature menurut Williamson dalam Kurnia (2005:5) nilai berita dalam feature tersebut berita peristiwanya mesti dikreasikan kembali secara subjektif agar enak dibaca dan perlu informasinya tanpa meniadakan akurasi dan verifikasi fakta.

Jadi kemunculan feature dalam suatu harian tidak lepas dari sebuah gaya penulisan yang subyektif. Lebih lanjut disebutkan oleh Kurnia penulis yang amat baik erat dengan idealisme tertentu. Ia mendedikasikan tulisannya untuk melayani pembaca yang memercayainya bahwa ia akan memberikan informasi yang akurat dan lengkap, sembari tetap menghargai pendapat orang lain yang berlainan. Para wartawan penulisan feature mendedikasikan tulisannya dalam bentuk representasi subyektif dari penulisannya.

Dari eksperimentasi sastra kemudian telah dikembangkan penulisan feature menjadi dua klasifikasi, yaitu teknik penulisan berita (news feature) dan teknik penulisan artikel (article feature). Pada saat ini yang dibutuhkan oleh massa adalah gaya penulian fleksibel yang tidak biasa agar bisa menampung segala hal yang dihilangkan dalam straightnews/ pelaporan jurnalistik yang merupakan karnaval pelbagai pikiran dan emosi orang-orang yang pada saat itu diamati.

Dalam jurnalisme sastra telah disebutkan bahwa feature adalah kategori lain penulian koran yang pada saat itu mengedepankan model hard news. Pada tahun 1960-an, kelainan itu mulai didiskusikan kalangan akademisi yang berupaya membakukan tata nilai dalam dunia jurnalisme.

Prof. Georde. A. High (Michigan State University) dalam buku News Writing (1975) telah menyebutkan bahwa feature meningkatkan kualitas pemahaman pembaca pada kealamiahan pelbagai situasi kemanusiaan. Dalam hal ini, penulian menjadi bagian dari sebuah kejadian atau bagian dari sesuatu yang terjadi.

Karakteristik Headline

Karakteristik Headline Jawa Pos Edisi 24 Desember 2007


Di zaman yang serba canggih dan modern seperti sekarang ini, peranan berita menjadi sangat penting bagi masyarakat. Berita berisi tentang fakta atau ide yang terkini, yang dapat menarik perhatian pembaca karena peristiwa luar biasa, penting atau luas akibatnya, memiliki segi human interest, emosi, dan ketegangan (Ermanto, 2005:87). Materi berita yang disajikan dalam berita tersebut merupakan daya tarik yang mampu mengundang keingintahuan pembaca atau masyarakat. Semua itu merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengetahui informasi terkini yang terjadi di dunia.

Yanuar Abdullah dalam Ermanto (2005:101) menjelaskan bagian-bagian penting dalam berita, yaitu: (1) judul berita (headline), (2) baris tanggal (dateline), (3) teras berita (lead/intro), dan (4) tubuh berita (body).

Judul berita atau headline merupakan bagian yang penting dalam berita. Kreativitas banyak digali untuk membuat judul yang menarik dan memikat pembaca. Untuk membuat judul yang cocok dan memikat, kata-kata disusun sedemikian rupa, melibatkan wawasan, emosi, dan kecerdikan penulis untuk menarik perhatian pembaca (Kurnia, 2002:206). Meskipun sebuah judul harus mencerminkan isi tulisan, namun kaidah pembuatan judul mempersyaratkan ketentuan judul yang singkat dan padat. Judul tidak harus berupa kalimat lengkap (subjek, predikat, dan objek), tak perlu tegas menyiratkan maksud utama penulis atau tegas menyamarkan makna (mengandung arti ganda).

Menurut Santana K. (2005: 95—17) ada berbagai jenis judul yang biasa digunakan oleh wartawan. Pertama, judul dari titikpandang isi, yaitu judul yang meletakkan sudut pandang dari materi tulisan sebagai daya pengungkap dan penjelas. Tiap katanya memberi tentang apa yang terdapat di dalam keseluruhan tulisan sehingga pembaca bisa memutuskan akan membacanya atau tidak. Kedua, judul how-to, yaitu judul yang menerangkan isi atau maksud tulisan yang disusun dalam keringkasan judul yang spesifik. Ketiga, judul-judul 5W + 1H, yaitu judul-judul yang merujuk pada unsur who, what, when, where, dan why. Keempat, judul superlatif, yaitu judul-judul yang mengilustrasikan keluar-biasaan atau kehebatan dari materi. Kelima, judul bertanya, yaitu judul yang menggunakan tanda tanya yang biasanya menyentak, menggugah. Keenam, judul dari titikpandang bentuk, yaitu judul yang sering dianggap sebagai bentukan utama dari judul tulisan jurnalisme.

Setiap media massa memiliki karakteristik judul yang berbeda dengan media massa yang lain. Pada koran Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 juga memiliki karakteristik tersendiri dalam pemilihan judul beritanya.

Tiga Bulan Terjual 40 Ribu Kopi” (hlm. 1), merupakan judul yang masuk dalam kategori judul yang dilihat dari titikpandang isi. Hanya dengan membaca judul tersebut, pembaca dapat langsung menerka isi berita. Judul itu juga dapat mengundang keingintahuan pembaca untuk membaca lebih lanjut. Semua itu dilakukan agar pembaca dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak mereka seputar judul yang telah dibaca. Apa yang terjual 40 ribu kopi? Siapa yang menjual? Untuk apa? Bagaimana caranya? Dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan yang demikian yang ingin dicari jawabannya oleh pembaca sehingga melalui judul tersebut, pembaca ingin membaca isinya. Sebagai langkah awal, berarti judul tersebut telah berhasil memikat pembaca.

Mengutip pendapat Lalengke (2004) yang menyatakan bahwa judul tulisan harus singkat, dengan penekanan lebih pendek lebih bagus. Sebuah judul tulisan tidak perlu panjang-panjang. Tampaknya judul ”Tiga Bulan Terjual 40 Ribu Kopi” juga menganut pendapat tersebut. Pada dasarnya, judul itu merupakan kalimat lengkap yaitu ”(Dalam waktu) tiga bulan, (album Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah) terjual (sebanyak) 40 ribu kopi”. Kata-kata yang dianggap tidak perlu, dikeluarkan satu per satu sehingga dihasilkan judul yang lebih efektif namun tidak mengubah maknanya.

Lebih lanjut Lalengke (2004) juga menyebutkan bahwa penulian judul sebaiknya ditulis dalam bnetuk frase benda, bukan dalam bentuk kalimat. Seperti judul ”Dana Kelola MI Minim Rp 25 M” (hlm. 8). Judul tersebut merupakan kalimat lengkap yaitu ”Dana (untuk) mengelola MI (diperkirakan lebih dari) Rp. 25 milyar”. Kalimat demikian kemudian diolah menjadi judul dalam bentuk frase dengan mengganti ”untuk mengelola” menjadi kata benda ”kelola” dan ”diperkirakan lebih dari” diubah menjadi ”minim” agar memberi kesan yang lebih ekspresif. Judul berita ini termasuk judul yang dilihat dari titikpandang isi.

Target Penuhi Deadline Menkeu” (hlm. 9), judul ini kalimat lengkapnya adalah ”Pihak asuransi memasang target untuk memenuhi batas akhir permintaan Menkeu”. Kalimat tersebut kemudian dipreteli satu-satu sehingga dihasilkan judul yang pas dengan isi tulisan. Membuat judul yang menarik memang tidak mudah, namun masih dapat disiasati. Cara yang dapat ditempuh, penulis/wartawan harus dapat mencari padanan kata yang tepat, seperti ”batas akhir permintaan” diganti dengan kata ”deadline” yang merupakan kata yang lebih singkat dan tentu memiliki prestise yang lebih baik.

Untuk membuat judul yang lebih memikat pembaca, wartawan harus berusaha untuk ”mendandani” judul tulisan agar terlihat dan terdengar ”seksi”, ”menggairahkan”, ”memotivasi”, dan ”menjanjikan”. Salah satu contohnya adalah ”Warga Lamsie Didor” (hlm. 11). Ketika membaca judul tersebut, bayangan yang muncul di benak pembaca adalah perasaan ngeri. Agaknya, wartawan yang menulis berita ini memang ingin menampilkan kesan demikian. Pilihan kata ”didor” memang tepat dibandingkan jika kata itu diganti dengan ”ditembak”. Kata ”didor” lebih memiliki nilai artistik. Judul ”Warga Lamsie Didor” ini termasuk jenis judul 5W+1H yakni tepatnya unsur who, karena judul tersebut merujuk pada nama yang menjadi topik tulisan yaitu warga Lamsie.

Untuk tulisan rubrik olahraga, sering sekali digunakan gaya bahasa personifikasi dan hiperbola. Misalnya ”Melonjak Tajam Berkat DBL” (hlm. 21). Gaya bahasa yang digunakan adalah personifikasi sekaligus hiperbola. Kata ”melonjak” merujuk pada personifikasi, sedangkan ”melonjak tajam” merujuk pada hiperbola karena mengandung gagasan yang terlalu dilebih-lebihkan. Jenis judul ini masuk dalam kategori judul yang dilihat dari titikpandang isi. Judul tersebut mengisyaratkan isi berita tentang DBL yang mampu meningkatkan jumlah SDM wasit di Surabaya.

Dalam Jawa Pos, selain rubrik olahraga, terdapat juga rubrik Metropolis. Untuk rubrik Metropolis ini, judul-judul yang digunakan tidak jauh berbeda dengan judul-judul yang dugunakan pada rubrik utama Jawa Pos. Lihat saja pada judul ”Curi CRV, Tak Bisa Menjual” (hlm. 31). Judul yang digunakan merupakan bentukan dari kalimat ”Mardi Waluyo menuri mobil CRV, namun ia tidak bisa menjual mobil tersebut”. Kalimat yang panjang itu kemudian diubah menjadi judul yang lebih sederhana namun tetap tidak mengubah arti asalnya. Seperti judul-judul yang sebelumnya, judul yang satu ini juga termasuk pada jenis judul yang dilihat dari titikpandang isi.

Dalam rubrik yang sama, judul berita ”Menyeberang, Bocah Tewas Tertabrak” (hlm. 39). Kalimat yang lengkap dari judul tersebut adalah ” Ketika menyeberang jalan, seorang bocah tewas karena tertabrak sepeda motor”. Banyak kata yang dihilangkan agar dihasilkan judul yang lebih memikat. Judul ini termasuk jenis judul yang dilihat dari judul 5W+1H, tepatnya unsur who yaitu bocah, korban yang mengalami kecelakaan.

Jadi, berdasarkan hasil analisis sederhana mengenai judul-judul yang digunakan dalam berita Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan karakteristik headline (judul berita). Ada beberapa karakteristik yang diuraikan sebagai berikut.

  1. Judul berita (headline) Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 merupakan judul yang menarik dan mampu menggugah keingintahuan pembaca. Hal itu dapat diketahui melalui judul yang singkat, padat, dan pilihan kata yang tepat.

  2. Judul berita (headline) Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 lebih banyak menggunakan judul dalam bnetuk frase benda, bukan dalam bentuk kalimat yang panjang dan menjemukan.

  3. Judul berita (headline) Jawa Pos edisi 24 Desember 2007 lebih banyak menggunakan judul yang tergolong jenis judul yang dilihat dari titikpandang isi.


Daftar Rujukan

Ermanto. 2005. Menjadi Wartawan Handal & Profesional: Panduan Praktis & Teoretis. Yogyakarta: Cinta Pena


Kurnia, Septiawan Santana. 2002. Jurnalisme Sastra. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama


Lalengke, Wilson. 2004. Tersedia pada http://www.KabarIndonesia.com, diakses 24 November 2007


Santana K., Septiawan. 2005. Menulis Feature. Bandung: Pustaka Bani Quraisy