PERAN-PERAN FEATURE
Peran-peran feature antara lain (Kurnia, 2002:229-265):
Feature sebagai Jembatan
Objek dalam feature ialah sentimen kemanusiaan yang terbentuk dalam rumusan “yang kauketahui, kausayangi atau kaubenci”. Hal tersebut berarti emosi penulis cukup terlibat dialamnya. Niat penulis feature timbul dari dorongan perasaan suka atau tidak suka; emosi manusiawi yang tergerak (passion) terhadap objek yang diminati, perhatikan, dan pikiran untuk disampaikan kepada pembaca koran atau majalah karena kegunaan, manfaat, atu kepentingannya bagi khalayak ramai.
Oleh karena itu, feature mengandung nilai human interest dan warna cerita (colour story yang sangat kaya). Feature juga memberikan padanan dan pedoman untuk mengitimitasi upaya kreativitas sastra.
Dalam perkembangan jurnalisme, feature merupakan teknik penulisan yang mengatasi kekakuan straight news dalam mengkover berita-berita utama (hard news atau spot news). Selain itu, feature memiliki perangkat persuasi. Unsur-unsur yang membangun stuktur penulisan feature jumlahnya jadi lebih banyak. Misalnya, dalam penyusunan lead, body, dan penutup.
Karena muatan dalam penulisannya cukup banyak, feature banyak dipakai oleh berbagai jenis pelaporan jurnalisme. Sebagai teknik penulisan, ia memungkinkan jurnalis untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan agar tulisannya memikat, lancar, dan ringkas.
Feature sebagai News Story
Feature disini berperan sebagai alat pemberitaan yang dapat menunjang kekuatan tulisan. Hal tersebut tercermin ketika penulis: a) penulis menentukan sasaran dan efek tulisannya, b) saat penulis menyusun elemen fakta dan elemen waktu (timelines) menjadi materi tulisan yang erat kaitannya dengan berita utama.
Feature biasanya mengangkat kisah-kisah “musiman” (sensasional), misalnya sketsa tentang seorang tokoh lokal, acara shopping, catatan jurnalistik tentang perayaan hari besar, dan berita ringan lainnya yang sedang tren.
Feature sebagai Artikel
Feature berperan sebagai penyelamat yang dapat mengatasi kelemahan penyajian berita majalah yang dianggap sudah basi. Dengan rekayasa yang kreatif, isu-isu yang telah digarap dalam surat kabar diolah menjadi sajian yang tetap hangat, aktual, dan memikat. Penulisan artikel feature yang lengkap bertujuan: a) sebagai hiburan, b) memberi informasi (to inform), dan c) mengajarkan sesuatu (to teach).
Feature sebagai Esai
Proses asimolasi timbul saat feature memasuki struktur penulisan esai. Proses tersebut berlangsung dalam tataran penentuan tujuan saat menulis esai (yang kerap kontemplatif) dengan hasil tulisannya (yang menyerap gaya struktur feature).
Hal tersebut terasa kuat ketika jurnalisme memakai berbagai bentuk jenis esai. Dalam bidang pemberitaan, menurut Nelson (dalam Santana, 2002:266), berbagai kalangan menganggap feature sebagai teknik pemberitaan untuk mendeskripsikan peristiwa yang diusahakan semirip munngkin dengan esai informatif atau esai naratif. Ketika laporan berita dibuat agar enak dibaca, sebenarnya kekuatan feature memakai pendekatan subjektif seorang esais yang menulis bagaikan sedang mengobrol dengan kawan dekatnya. Dalam jurnalisme yang menyajikan opini, bentuk esai digunakan untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat kontemplatif.
Tiga Aspek Esai
Menurut Dobi & Hirt (dalam Santana, 2002:270-272) esai mempunyai wacana penulisan yang bisa diukur berdasarkan aspek-aspek tertentu, yaitu:
Makna
Makna (meaning) ialah ide sentral, inti, atau gagasan utama penulis. Makna biasanya dirumuskan dalam kalimat tunggal yang mencakup semua hal yang hendak disampaikan esais. Gagasan utama dalam kalimat tunggal tersebut bisa disajikan secara eksplisit (bisa berupa kutipan) maupun implisit (pembaca harus memformulasikannya sendiri).
Feature disini menjadi medium estetik para esais untuk menciptakan kreasi yang khas dan pribadi. Dalam esai yang baik, pembaca tidak mungkin lagi menolak atau mengkritik akurasi pandangan atau argumen penulis; apalagi mempertanyakan kapabilitas referensinya.
Organisasi
Organisasi esai telah dirombak oleh feature. Paparannya jadi tidak liier, tidak baku. Bagian-bagiannya tidak selalu urut dari awal, tengah, hingga akhir.
Esai ditulis dengan teknik pengisahan yang penceritanya bebas menyampaikan opininya. Gagasan utamanya dialurkan dalam pola lead, body, dan penutup yang masing-masing berstruktur longgar dan jenisnya dipilih sesuai dengan minat atau mood penulis.
Gaya
Gaya dalam esai mengacu pada penguasaan referensi berbahasa yang tertanam dalam benak penulis melalui pendalamannya terhadap penyajian teks. Setiap kata harus setepat dan sejelas kebenaran yang diinginkan penulis, berkaitan dengan kata di depan atau belakangnya, bersifat konkret dan umum, dikenal penulis dan pembaca, serta sesuai dengan subjek dan konteks yang dibahas. Selain itu, kalimat dalam esai juga harus bervariasi.
Posisi Esai
Esai merupakan satu bentuk tulisan yang khas. Dalam jurnalisme, esai mendapat tempat tersendiri karena banyaknya sastrawan yang merefleksikan pandangannya melalui bentuk esai.
Esai jurnalistik ditulis dengan mempertimbangkan minat pembaca. Kata-kata di dalamnya dipilih dengan cermat, kalimat yang dibuat singkat, paragraf hanya diisi satu gagasan. Hal tersebut dimaksudkan agar esai mudah dibaca, langsung dimengerti, dan memunculkan atensi atau perhatian pembaca.
Esai jurnulistik berisi fakta-fakta (untuk menjelaskan apa dan bagaimananya sesuatu), gagasan tertentu (untuk mempengaruhi opini pembaca tentang sesuatu), atau gambaran tentang sesuatu atau pengalaman tertentu.
Ciri-ciri esai jurnalistik yakni, pendek (short), tinggi (high), tajam (flair), dan personal. Hal-hal tersebut saling berkaitan sehingga mencerminkan pribadi yang nyata dan menimbulkan rasa ketertarikan pembaca.
Kategori Esai
Informasi
Dalam kategori ini, penulis esai informasi bertindak seperti pengajar. Ia mengasumsilan bahwa pembaca perlu diberi informasi tertentu (pembaca diposisikan sebagai bagian dari masyarakat yang membutuhkan tambahan pengetahuan yang bermanfaat).
Isi esai informasi ersifat praktis dan tidak kontroversial. Pengetahuan praktis yakni segala sesuatau yang bermanfaat nbagi pembaca yang sebelumnya diras tidak begitu penting, misalnya cara-cara menyibukkan diri di hari libur dll. Masalh kontroversial dihindari karena dianggap akan membebani pembaca yang sudah lelah bekerja.
Opini
Bentuk esai ini banyak ditujukan pada upaya mengarahkann atau mengemukakan pini publik. Setiap pergeseran yang terjadi si masyarakat membutuhkan pandangn tertentu, baik yang bersifat solutif maupun filosoofis. Berbagai permasalhan di masyarakat harus ditanggapi sesuai dengan konteks persoalnnya dan dicarikan pemecahannya agar kehidupann kembali berjalan ke arah yang diinginkan.
Interpretif
Interpretif diperlukan untuk memberitahu pembaca tentang hubungan antara suatu peristiwa sosial dengan perkembangan politik masyarakat. Esai interpretatif menyampaikan nnformasi dengan perspektif tertentu. Yakni pengumpulan data dan fakta yang kemudian diinnformasikan kepada pembaca dalam kerangka berbikir tertentu.
Inspiratif
Esai inspiratif sering menampilkan materi yang bersifat skeptis atau kritis dengan niat memberi ilham atau semacam sentuhan rohani. Esai ini menekankan aspek afektif, yakni membangkitkan afeksi pembaca dengan menampilkan kisah-kisah yang menyentuh.